Bagaimana cara mengatasi agar tidak selalu dicap jutek?
Terdapat dua hal penting yang bisa Anda lakukan agar tidak selalu dicap pemarah, galak, atau judes. Berikut ini penjelasannya.
Anda yang bermuka jutek mungkin kena tegur orang lain karena jarang tersenyum. Meski memiliki bentuk wajah yang tidak mudah tersenyum, bukan berarti Anda tidak bisa melatihnya.
Anda bisa memulainya dengan banyak berpikir positif. Makin positif pikiran Anda, makin mudah pula untuk tersenyum. Hasilnya, senyum Anda akan telihat lebih alami dan tidak dipaksakan.
Cenderung memiliki ekspresi wajah yang itu-itu saja membuat orang berwajah jutek lebih rentan mengalami kekakuan otot wajah. Ini akibat peredaran darah pada wajah tidak berjalan lancar.
Untuk menyiasatinya, Anda dapat melakukan senam wajah sebelum dan setelah bangun tidur.
Senam wajah tidak hanya memperlancar sirkulasi darah Anda, tetapi juga membantu menjaga kekenyalan kulit dan mengencangkan kulit bergelambir.
Jika masalah yang ditimbulkan akibat muka jutek mulai mengganggu dan bikin kurang percaya diri, Anda juga bisa berkonsultasi dengan psikolog.
Psikolog akan mendengarkan keluhan Anda, lalu menentukan penyebab dan metode terbaik untuk menghadapi masalah ini.
[embed-health-tool-bmi]
Dokumen tersebut memberikan tips untuk mendekati cowok yang pemalu dan cuek. Disebutkan bahwa cowok seperti itu cenderung pemalu, pendiam, kurang perhatian karena kurang dipercaya, tetapi sebenarnya mereka menginginkan perhatian. Untuk mendekatinya, perlu memberikan perhatian lebih, mendengarkan curhatannya, memberikan kepercayaan dengan cara bersikap santai dan tersenyum.
TRIBUNJOGJA.COM - Resting bitch face atau muka jutek adalah sebuah cap yang mungkin disandang banyak orang di seluruh dunia, terutama para wanita.
Orang yang punya muka jutek memang relatif datar atau tampak sangat bosan atau kesal. Hal ini membuat mereka sering dianggap tidak ramah, pemarah, galak, sinis, dan cuek. Lantas, kenapa seseorang bisa memiliki muka yang jutek? Cari tahu jawabannya dalam artikel ini.
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa fenomena tentang muka jutek atau resting bitch face adalah hal yang nyata. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Throwing Shade: The Science of Resting Bitch Face.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Abbe Macbeth dan Jason Rogers dari Noldus Information Tecnology, sebuah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak untuk menganalisis wajah para selebriti Hollywood, Amerika Serikat.
Baca : Respons Otak yang Bikin Orang Indonesia Ketagihan Nasi Putih
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak berteknologi tinggi yang bisa membaca ekspresi manusia, FaceReader. Alat tersebut bekerja dengan cara memetakan dan menganalisis lebih dari 500 titik di wajah sebagai acuan dari delapan emosi dasar manusia, yaitu sedih, bahagia, marah, takut, kaget, jijik, netral, dan menghina.
Hasilnya, para ahli menemukan fakta bahwa rata-rata ekspresi wajah manusia terdiri dari 97 persen ekspresi wajah netral (alami) dan 3 persen sisanya menunjukkan emosi kecil seperti kesedihan, kebahagian, dan kemarahan.
Namun, orang yang memiliki raut wajah jutek ternyata tingkat emosinya naik hingga dua kali lipat menjadi 6 persen. Dari hasil pemindaian foto, sebagian besar emosi yang diekspresikan orang yang memiliki wajah jutek adalah ekspresi menghina atau meremehkan.
Baca : Mungkinkah Laki-Laki akan Punah di Masa Mendatang?
Hal ini bisa dilihat dari isyarat kecil seperti menyipitkan mata atau menarik salah satu sudut bibit yang dianggap sebagai bentuk dari ekspresi menghina. Ekspresi menghina sendiri diartikan sebagai perasaan bahwa ada sesuatu yang patut dicemooh.
Ternyata Ini Penyebabnya
Sampai saat ini para ahli tidak mengetahui jawaban yang pasti mengapa seseorang bisa memiliki muka jutek. Namun, para ahli menduga bahwa faktor genetik dan lingkungan sekitar ikut berpengaruh terhadap pembentukan ekspresi wajah tersebut.
Selama ini, muka jutek selalu diidentikan dengan kaum wanita karena banyak yang meyakini bahwa jumlah wanita yang berwajah jutek lebih banyak dibanding pria. Selain itu, kebanyakan artikel anekdot dan jurnal ilmiah juga sering mengisyaratkan bahwa hanya wanitalah yang punya wajah jutek. Padahal, faktanya tidak selalu begitu.
Baca : Riset Nasib Jomblo, Sudah Dianggap Masalah Malah Dapat Tekanan Sosial
Dari hasil penelitian ini, para peneliti percaya bahwa asumsi yang mengatakan wajah jutek hanya dimiliki wanita pada dasarnya dibangun dari norma-norma sosial yang menuntut wanita untuk selalu tersenyum, bahagia, dan ramah terhadap orang lain, bukan pada fisiologi atau bentuk wajah seseorang.
Jadi ketika perempuan tidak tersenyum atau tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menyenangkan, perempuan akan lebih cepat dicap jutek atau judes. Sedangkan laki-laki tidak terlalu banyak dituntut untuk menebar senyum, sehingga ketika seorang laki-laki menunjukkan ekspresi wajah datar atau agak menghina, tidak ada yang mempermasalahkannya.
Lakukan Ini Agar Tak Jutek
Ada dua hal penting yang bisa Anda lakukan supaya Anda tidak selalu dicap si pemarah, si galak, dan si judes. Di antaranya adalah:
Orang yang memiliki muka jutek sering ditegur karena jarang senyum. Meski orang yang memiliki wajah jutek tidak mudah tersenyum dari sananya, bukan berarti Anda tidak bisa melatihnya. Anda bisa memulainya dengan berlatih senyum tiga jari di depan cermin. Hasilnya, senyum Anda akan telihat lebih alami, tidak dipaksakan.
Cenderung memiliki ekspresi wajah yang itu-itu saja membuat orang berwajah jutek lebih rentan mengalami kekakuan otot wajah karena peredaran darah di wajahnya tidak berjalan dengan baik. Untuk menyiasatinya, Anda bisa melakukan senam wajah secara rutin sebelum dan setelah bangun tidur. Senam wajah tidak hanya memperlancar sirkulasi darah Anda, namun juga membantu menjaga elastisitas kulit dan mencegah kulit kendur. (hellosehat)
TRIBUNJOGJA.COM - Resting bitch face atau muka jutek adalah sebuah cap yang mungkin disandang banyak orang di seluruh dunia, terutama para wanita.
Orang yang punya muka jutek memang relatif datar atau tampak sangat bosan atau kesal. Hal ini membuat mereka sering dianggap tidak ramah, pemarah, galak, sinis, dan cuek. Lantas, kenapa seseorang bisa memiliki muka yang jutek? Cari tahu jawabannya dalam artikel ini.
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa fenomena tentang muka jutek atau resting bitch face adalah hal yang nyata. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Throwing Shade: The Science of Resting Bitch Face.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Abbe Macbeth dan Jason Rogers dari Noldus Information Tecnology, sebuah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak untuk menganalisis wajah para selebriti Hollywood, Amerika Serikat.
Baca : Respons Otak yang Bikin Orang Indonesia Ketagihan Nasi Putih
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak berteknologi tinggi yang bisa membaca ekspresi manusia, FaceReader. Alat tersebut bekerja dengan cara memetakan dan menganalisis lebih dari 500 titik di wajah sebagai acuan dari delapan emosi dasar manusia, yaitu sedih, bahagia, marah, takut, kaget, jijik, netral, dan menghina.
Hasilnya, para ahli menemukan fakta bahwa rata-rata ekspresi wajah manusia terdiri dari 97 persen ekspresi wajah netral (alami) dan 3 persen sisanya menunjukkan emosi kecil seperti kesedihan, kebahagian, dan kemarahan.
Namun, orang yang memiliki raut wajah jutek ternyata tingkat emosinya naik hingga dua kali lipat menjadi 6 persen. Dari hasil pemindaian foto, sebagian besar emosi yang diekspresikan orang yang memiliki wajah jutek adalah ekspresi menghina atau meremehkan.
Baca : Mungkinkah Laki-Laki akan Punah di Masa Mendatang?
Hal ini bisa dilihat dari isyarat kecil seperti menyipitkan mata atau menarik salah satu sudut bibit yang dianggap sebagai bentuk dari ekspresi menghina. Ekspresi menghina sendiri diartikan sebagai perasaan bahwa ada sesuatu yang patut dicemooh.
Ternyata Ini Penyebabnya
Sampai saat ini para ahli tidak mengetahui jawaban yang pasti mengapa seseorang bisa memiliki muka jutek. Namun, para ahli menduga bahwa faktor genetik dan lingkungan sekitar ikut berpengaruh terhadap pembentukan ekspresi wajah tersebut.
Selama ini, muka jutek selalu diidentikan dengan kaum wanita karena banyak yang meyakini bahwa jumlah wanita yang berwajah jutek lebih banyak dibanding pria. Selain itu, kebanyakan artikel anekdot dan jurnal ilmiah juga sering mengisyaratkan bahwa hanya wanitalah yang punya wajah jutek. Padahal, faktanya tidak selalu begitu.
Baca : Riset Nasib Jomblo, Sudah Dianggap Masalah Malah Dapat Tekanan Sosial
Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah orang memiliki wajah jutek atau judes. Karena itu, mereka sering dianggap marah atau tak ramah.
Wajah mereka tak kelihatan gembira ketika sedang senang, relatif datar, tanpa ekspresi.
Beberapa pesohor Hollywood, seperti Kanye West dan Kristen Stewart diberi gelar raja dan ratu resting bitch face -- si muka jutek.
Beberapa peneliti akhirnya memutuskan mendalami ilmu di balik fenomena yang sering dialami oleh para perempuan itu. Hasilnya pun mengejutkan.
Seperti yang dilaporkan Washington Post dan dilansir oleh News.com.au (3/2/2016), Jason Rogers dan Abbe Macbeth, dari Noldus Information Technology, Belanda, berusaha menjawab mengapa wajah jutek ini dilihat sebagai wajah tanpa ekspresi.
Ada pula anggapan lain yang berkata bahwa muka ini dianggap sebagai rona muram.
Mereka menggunakan alat berteknologi tinggi yang dapat membaca ekspresi manusia. Alat itu memetakan dan menganalisis 500 titik di wajah sebagai acuan dari delapan emosi dasar: bahagia, sedih, marah, takut, kaget, jijik, menghina, dan netral.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Rogers dan Macbeth menemukan, orang dengan wajah jutek sebesar 97 persen emosinya memang netral. Sementara 3 persen sisanya menunjukkan emosi kecil seperti sedih dan terkejut.
Namun ketika foto orang yang berwajah jutek itu dipindai, tingkat emosinya meningkat hingga dua kali lipat, yaitu sebanyak 6 persen.
Satu emosi spesifik yang menjadi 'dalang' si wajah jutek adalah ekspresi menghina.
Rogers menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh isyarat kecil seperti menyipitkan atau menyudutkan mata. Sedikit menarik salah satu sudut bibir atau menaikkan keduanya juga dapat menghasilkan ekspresi menghina.
Macbeth mengatakan isyarat dari ekspresi yang netral menyampaikan penghinaan, tapi hal tersebut tetap terdeteksi oleh software dengan cara yang sama seperti otak kita.
Wajah yang berekspresi netral, tapi terlihat seperti menghina dapat dimengerti. Namun terdeteksi oleh software dengan cara yang sama seperti otak kita lakukan.
Menariknya, alat tersebut yang bebas dari bias gender menemukan fakta bahwa baik perempuan maupun laki-laki yang memiliki wajah jutek jumlahnya sama.
Dari data tersebut, peneliti percaya bahwa asumsi yang mengatakan wajah jutek hanya dimiliki perempuan dibangun karena norma-norma sosial, bukan pada fisiologi wajah.
“Banyak yang mengira bahwa jumlah perempuan berwajah jutek lebih banyak dibanding laki-laki, dan ada banyak artikel anekdot dan jurnal ilmiah yang membahas tentang itu,” ujar Macbeth.
“Jadi wajah jutek itu belum tentu sesuatu yang terjadi lebih banyak pada perempuan, tapi kita lebih terbiasa untuk memperhatikan perempuan karena mereka lebih banyak dituntut untuk tampak tersenyum, bahagia, dan ramah terhadap orang lain.”
Banyak kalangan, terutama wanita sering dicap memiliki muka jutek atau judes. Mereka lebih menunjukkan ekspresi yang datar, tampak bosan, atau pemarah sehingga sering dianggap tidak ramah. Lalu, mengapa seseorang bisa memiliki muka yang jutek? Cari tahu jawabannya di sini!
Studi: fakta ilmiah tentang muka jutek
Sebuah studi berjudul Throwing Shade: The Science of Resting Bitch Face (2015) menjelaskan bahwa fenomena muka jutek atau resting bitch face merupakan hal yang nyata.
Penelitian ini dilakukan Abbe Macbeth dan Jason Rogers dari Noldus Information Technology, yaitu sebuah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak bernama FaceReader.
Perangkat lunak ini dapat membaca ekspresi manusia. Dalam studi ini, para peneliti berusaha untuk menganalisis wajah para selebritas Hollywood, Amerika Serikat.
Alat tersebut bekerja dengan memetakan dan menganalisis lebih dari 500 titik pada wajah. Hal ini berfungsi sebagai acuan dari delapan emosi dasar manusia, yang terdiri dari:
Hasilnya, peneliti menemukan rata-rata ekspresi wajah manusia terdiri dari 97% ekspresi wajah netral dan 3% sisanya menunjukkan emosi kecil, seperti sedih, senang, atau marah.
Namun, orang yang berwajah jutek tingkat emosinya naik hingga 6% atau dua kali lipat. Melalui hasil pemindaian foto, sebagian besar emosi yang diekspresikan orang dengan muka judes ialah ekspresi menghina atau meremehkan.
Emosi ini bisa dilihat dari isyarat kecil, seperti menyipitkan mata atau menarik salah satu sudut bibir. Ini sendiri diartikan sebagai perasaan bahwa ada sesuatu yang patut dicemooh.
Pada akhirnya, bentuk wajah berperan besar dalam membentuk kesan jutek pada seseorang.
Jadi tak heran bila banyak orang yang dicap jutek punya ciri khas mata sipit atau sayu, sudut bibir yang melengkung ke bawah, atau posisi alis agak turun ke arah dalam hidung.
Mengapa seseorang bisa memiliki muka jutek?
Para peneliti menduga bahwa faktor genetik dan lingkungan berpengaruh pada pembentukan ekspresi wajah seseorang yang dianggap jutek atau judes.
Selama ini, muka jutek identik dengan kaum wanita. Sebagian kalangan meyakini bahwa jumlah wanita berwajah jutek lebih banyak daripada pria, padahal faktanya tidak selalu begitu.
Studi tersebut juga menjelaskan anggapan wajah judes pada wanita dibentuk dari norma sosial yang menuntut wanita selalu tersenyum, bahagia, dan ramah pada orang lain.
Jadi, saat wanita tidak tersenyum atau tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menyenangkan, orang tersebut akan lebih cepat dicap jutek alias tidak ramah.
Sementara itu, pria tidak terlalu dituntut untuk menebar senyum. Umumnya, saat seorang pria menunjukkan ekspresi datar atau agak menghina, tak ada yang mempermasalahkannya.
Pada akhirnya, studi ini menyimpulkan bahwa muka jutek berasal dari cap masyarakat terhadap karakteristik atau ciri khas pada bentuk wajah seseorang.
Jadi orang yang dicap punya muka jutek belum tentu menunjukkan ekspresi kesal atau marah.
Namun, hanya orang lain yang mengartikan bentuk wajah pada orang tersebut seolah sedang menunjukkan emosi negatif, padahal tidak.